Prof. Yusril Ihza Mahendra yang terhormat,
Adalah hak setiap warga negara Indonesia yang memenuhi persyaratan UU untuk memilih dan di pilih dalam pemilu di Indonesia,
baik pemilukada, pileg maupun pilpres, termasuk Anda. Apalagi anda yang
merasa sebagai tokoh dengan kapabilitas nasional . ( Kalau kata
pendukung anda national muslim kredibel ).
Jadi
sah-sah saja Anda mencalonkan diri di pilgub DKI mendatang, atau pilgub
manapun bahkan untuk pilpres 2019 yang akan datang. Yang paling
penting, persyaratannya terpenuhi. Silahkan maju Prof. Tidak akan ada
orang yang menghalangi anda. Apalagi rakyat biasa seperti saya, yang
bisanya cuma memilih. Justru orang-orang dengan kemampuan seperti Anda
yang mungkin bisa menghalangi seseorang untuk menggunakan haknya untuk
di pilih.
Tetapi,
mbo ya o, saat Anda maju mencalonkan diri untuk di pilih, baik untuk
pilgub apalagi pilpres, majulah dengan elegan. Tidak perlu sambil
menghina dan merendahkan orang lain. Bukankah salah satu yang Anda
kritik dari Gubernur DKI saat ini adalah kesantunannya yang Anda nilai
kurang?. Kenapa Anda sendiri juga tidak memberikan contoh kesantunan
untuk seorang pemimpin yang mengaku punya level nasional ?
Belum-belum anda sudah menghina dan meremehkan Presiden Joko Widodo ,
yang Anda sebut tidak punya kapabilitas memimpin negara. Bagaimana
kalau nanti Anda jadi Presiden Prof, siapa yang tidak bisa anda hina?.
Apa untungnya Anda membuat statement itu?. Apakah Anda menjadi lebih
hebat ketika bisa merendahkan orang lain?. Anda sudah terkenal, seluruh
Indonesia sudah tahu siapa Prof. Yusril. Kurang terkenal apa lagi,
sehingga masih perlu menghina orang lain?.
http://megapolitan.kompas.com/…/Yusril.Kapasitas.Wali.Kota.…
http://megapolitan.kompas.com/…/Yusril.Kapasitas.Wali.Kota.…
Malu
ah, seorang Profesor, ahli hukum tatanegara, berpengetahuan agama luas,
owner dari Parpol berbasis Islam, masa kalah santun sama seorang
“Tukang Mebel” . Pak Jokowi loh tidak pernah menghina siapapun, sampai
dimuat di media. Soal hukum dan tata negara mungkin Anda jagonya Prof,
tapi soal kesantunan dan etika, Anda musti belajar dari Insiyur
Kehutanan itu. Bagaimana merangkul dan memenangkan hati rakyat. Anda
masih ingat khan, ketika Partai Anda mengadakan pelantikan pengurus
Partai Anda dan Pak Presiden Jokowi bersedia datang, padahal partai Anda
itu cuma partai kecil dan tidak punya perwakilan di DPR ?. Waktu itu
Anda merasa terharu bukan?. Contohlah yang seperti itu Prof. Merangkul
siapapun. Anda mustinya lebih pinter dari Pak Jokowi, karena Anda
mengaku level Anda sudah nasional.
http://www.merdeka.com/…/yusril-terharu-presiden-jokowi-had…
http://www.merdeka.com/…/yusril-terharu-presiden-jokowi-had…
Lagipula
Prof, kalaulah anda benar-benar hebat, mungkin Anda sudah terpilih
menjadi presiden sejak 2009 lalu, dimana Anda juga sudah mencoba menjual
nama Anda. Tapi apa buktinya ? Jangankan terpilih, ikut kompetisinya
pun tidak.
http://news.detik.com/…/pbb-mantap-yusril-capres-2009-cawap…
http://news.detik.com/…/pbb-mantap-yusril-capres-2009-cawap…
Kemudian,
tahun 2014 Anda mencoba lagi declare siap maju sebagai capres. Buktinya
apa? Capres 2014 adalah Pak Prabowo dan Pak Jokowi. Nah Anda kemana?.
Dilirik sama parpol pun tidak, sementara partai Anda sendiri
kembang-kempis tidak sanggup menggapai parliamentary threshold.
http://news.liputan6.com/…/pbb-resmi-usung-yusril-ihza-mahe…
http://news.liputan6.com/…/pbb-resmi-usung-yusril-ihza-mahe…
Kegagalan
di 2009 dan 2014 itu, seharusnya jadi bahan renungan untuk Anda Prof,
jangan over confident dan underestimate orang lain, apalagi sampai
terucap. Jadi, sekarang silahkan maju Prof, mau nyabub, mau nyagub, mau
nyapres boleh-boleh saja. Siapa tahu berhasil. Tapi hindari lah itu sara
dan penghinaan pada personal. Bukankah itu yang anda jual?.
Salam dari saya, warga negara biasa.